Oleh : Rahmah Khairani, S.Pd.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Tulisan ini merupakan lanjutan dari pembahasan sebelumnya tentang sikap-sikap ideal yang harus dimiliki seorang murid terhadap gurunya. Bagaimana sebenarnya seorang murid seharusnya bersikap kepada guru? Berikut kelanjutan penjelasannya.
Keempat: Mengetahui Hak Guru dan Tidak Melupakan Jasanya
Di antara hak-hak guru atas murid adalah menjaga kehormatannya, membela guru ketika ia dicela baik di depan maupun di belakangnya, serta mendoakannya selama guru masih hidup. Setelah guru wafat, murid dianjurkan menjaga anak-anak, kerabat, dan orang-orang terdekatnya, berziarah ke makamnya secara berkala, beristighfar, bersedekah untuknya, dan meneladani akhlak, sifat, gerak-gerik, dan ibadahnya.
Baca Juga : Satu Dekade Penantian: Saat Allah Memberikan Jawaban Lewat Doa yang Terkabul
Kelima: Bersabar terhadap Sikap Guru
Seorang murid hendaknya bersabar jika guru tampak tak acuh atau bersikap tidak baik. Cara terbaik adalah meminta maaf, bertaubat, dan beristighfar dari apa yang terjadi. Murid sebaiknya mengembalikan pemicu permasalahan kepada dirinya dan tidak menyalahkan guru, karena hal ini lebih melanggengkan kasih sayang guru, menjaga hatinya, serta membawa manfaat bagi murid di dunia dan akhirat.
Mu’afa bin Imran berkata, “Orang yang marah kepada ulama adalah seperti orang yang marah kepada pilar-pilar masjid jami’, tidak ada gunanya.”
Keenam: Berterima Kasih kepada Guru
Murid hendaknya berterima kasih kepada guru yang menunjukkan keutamaan, meluruskan kekurangan, mengingatkan kelalaian, atau menegur kemalasan. Jika guru menunjukkan sebuah adab atau kekurangan yang sebenarnya sudah diketahui murid sebelumnya, hendaknya murid tidak memperlihatkan bahwa ia sudah tahu, tetapi tetap berterima kasih.
Ketujuh: Meminta Izin saat Masuk Majelis Guru
Murid tidak boleh menemui guru di luar majelis umum kecuali dengan izin. Jika guru tidak mengizinkan, murid tidak perlu mengulang meminta izin. Ketika menemui guru, hendaknya datang dengan hati yang lapang, pikiran jernih, tidak sedang mengantuk, marah, lapar berat, atau kondisi lain yang mengganggu fokus.
Kedelapan: Duduk dengan Sopan di Hadapan Guru
Murid hendaknya duduk dengan sopan sebagaimana anak-anak duduk di depan pengajar Al-Qur’an. Bisa dengan duduk bersila penuh tawadhu’, tenang, khusyu’, diam, dan menyimak dengan penuh perhatian.
Termasuk adab adalah murid tidak duduk di samping guru, di tempat shalatnya, atau di tikarnya kecuali atas perintah tegas guru. Jika guru menyuruhnya, itu dilakukan sekali saja, kemudian murid kembali kepada adab yang sepatutnya.
Kesembilan: Membaguskan Perkataan kepada Guru
Murid tidak boleh berkata seperti, “Mengapa?”, “Kami tidak menerima,” “Kata siapa?”, atau “Di mana adanya?”. Jika ingin meminta penjelasan, lakukan dengan lemah lembut, dan lebih baik di majelis yang berbeda.
Ibnu Abbas r.a. memiliki murid yang sering membantah, sementara murid lainnya, Urwah bin Zubair, selalu santun sehingga mendapatkan ilmu yang lebih banyak. Sebagian salaf berkata, “Barang siapa berkata kepada gurunya ‘mengapa’, maka ia tidak akan beruntung selamanya.”
Jika guru menyampaikan suatu pendapat, murid tidak membantah dengan pendapat lain seperti, “Menurutku berbeda,” atau “Fulan berkata lain.” Jika guru bersikukuh pada pendapat yang jelas salah, murid tetap menjaga raut wajah tenang dan tidak berbicara dengan bahasa yang kasar atau merendahkan.
Kesepuluh: Menyimak Ilmu Guru Walaupun Sudah Diketahui
Jika guru menyampaikan hukum atau faidah yang sebenarnya sudah diketahui murid, hendaknya murid tetap menyimak seolah baru mendengarnya. Jika guru bertanya, “Apakah sudah hafal?”, murid tidak menjawab “ya” atau “tidak”, tetapi mengatakan, “Saya ingin mendengarnya dari guru,” atau “Lebih sahih jika guru yang menyampaikannya.”
Kesebelas: Tidak Mendahului Guru dalam Menjawab atau Menjelaskan
Murid tidak boleh mendahului guru dalam menjawab pertanyaan atau menjelaskan suatu masalah, kecuali atas perintah guru. Tidak memotong penjelasan guru karena akan mengganggu konsentrasi dan alur berpikirnya.
Benak murid hendaknya hadir sepenuhnya kepada guru: memahami dengan hati, memandang dengan mata, dan menyimak dengan telinga. Sehingga ketika guru meminta sesuatu, murid memahami dengan cepat tanpa harus diulang.
Keduabelas: Menghormati Guru dalam Pemberian atau Penerimaan
Jika memberikan sesuatu kepada guru atau menerima sesuatu darinya, lakukan dengan tangan kanan. Jika memberikan kitab untuk diajarkan, berikan dalam keadaan terbuka. Tidak boleh melempar kitab atau kertas kepada guru. Jika posisi jauh, murid hendaknya mendekat dengan berjalan, bukan merangkak.
Tujuan berkhidmat kepada guru adalah mendekat kepada Allah dan mendapatkan tempat di hati guru. Beruntunglah murid yang selalu mendapat doa dari gurunya.
Ketigabelas: Adab Berjalan Bersama Guru
Jika berjalan bersama guru di malam hari, hendaknya murid berada di depan; jika di siang hari, berada di belakang, kecuali situasi mengharuskan sebaliknya. Murid tidak berjalan di antara guru dan orang yang sedang berbicara dengannya, tetapi berada di belakang keduanya.
Jika bertemu guru di jalan, murid mengucapkan salam terlebih dahulu, tidak memanggil guru dengan keras, mendekat, lalu mengucapkan salam.
Penutup
Demikian tiga belas adab seorang murid terhadap gurunya. Insya Allah pada tulisan berikutnya akan dibahas tentang adab-adab murid terhadap pelajaran yang ia pelajari.
Wallahu a‘lam bish shawab.
Sumber: Kajian Kitab Tadzkiratus Sam’i wal Mutakallim.


