Oleh : Rahmah Khairani, S.Pd.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Menuntut ilmu, khususnya ilmu-ilmu Islam (tsaqafah), adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Namun, usia manusia yang terbatas membuat kita harus memahami tahapan belajar dan skala prioritas dalam menuntut ilmu. Dengan mengikuti adab dan panduan ulama, proses belajar akan lebih terarah dan mendatangkan keberkahan dunia akhirat. Artikel ini merangkum 13 rahasia sukses belajar berdasarkan nasihat para ulama dalam Tadzkiratussami’ wal Mutakallim.
1. Memulai dari Al-Qur’an sebagai Fondasi Ilmu
Hendaknya memulai dengan Al-Qur’an, menghafalnya, berusaha menguasai tafsirnya, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya. Kemudian ilmu hadits, serta dua ilmu dasar, yaitu nahwu dan sharaf.
2. Tidak Terburu-Buru dalam Perbedaan Pendapat
Hendaknya di awal langkah menuntut ilmu tidak melibatkan diri dengan perbedaan pendapat diantara para ulama, karena hal itu membingungkan. Hendaknya tidak beralih dari satu kitab ke kitab lain tanpa alasan. Namun jika dia telah kapabel, maka dia tidak membiarkan satu disiplin ilmu syar’I kecuali dia mempelajarinya.
3. Memastikan Akurasi Bacaan Sebelum Menghafal
Hendaknya membetulkan apa yang dibacanya sebelum menghafalnya secara akurat, bisa melalui guru atau rekan-rekannya yang bisa membantunya. Jika guru menyalahkan satu kata dan dia menyangka bahwa guru tidak benar, maka murid mengingatkan guru dengan mengucapkan kata yang benar dalam konteks bertanya. Jika guru kembali ke yang benar maka tidak perlu pengulangan, jika tidak maka menundanya ke majelis lain dengan cara sopan, karena ada kemungkinan bahwa yang benar adalah guru.
4. Memulai Mendengar dan Mempelajari Hadits Sejak Dini
Hendaknya mendengar hadits sejak dini, menyibukkan diri dengan hadits dan ilmu-ilmunya, mengkaji sanadnya, para rawinya, makna-maknanya, hukum-hukumnya, faidah-faidahnya, bahasa dan sejarahnya. Mengawali dengan sepasang Shahih al-Bukhari dan Muslim, kemudian kitab-kitab hadits lain, seperti: Muwatha’ Malik, Sunan Abu Dawud, an-Nasa’I, Ibnu Majah, Jami’ at-Tirmidzi, Musnad asy-Syafi’I dan tidak patut kurang dari itu.
5. Beralih ke Kitab-Kitab Besar Setelah Menguasai Ringkasannya
Jika ringkasan-ringkasannya yang dihafal telah disyarah dan telah dikuasai, maka murid beralih ke kitab-kitab besar yang terperinci dengan tetap menelaah, mencatat faidah-faidah yang berharga. Hendaknya tidak menunda peluang untuk mendapatkan faidah yang memungkinkan. Hendaknya menggunakan waktu luang dan giatnya, waktu sehat dan masa mudanya, ketajaman pikirannya, dan minimnya kesibukan sebelum datang rintangan-rintangan kemalasan dan halangan-halangan kedudukan sebagai pemimpin. Karena, “Nanti” adalah salah satu tentaranya Iblis! (Kalam ulama).
6. Mengikuti Majelis Guru secara Konsisten
Hendaknya tetap mengikuti halaqah guru dalam mengajar dan membacakan, bahkan semua majelis guru jika memungkinkan. Namun, jika tidak mampu mengikuti semuanya, maka hendaknya memperhatikan skala prioritas. Antar sesama murid hendaknya saling mengkaji ulang sebelum mereka bubar dari majelis karena saat itu akal pikiran belum terpecah belah. Jika murid tidak mendapat rekan untuk mudzakarah, maka dia mengulang-ulang pelajarannya sendiri.
Baca Juga : Adab Murid kepada Guru yang Jarang Diketahui Menurut Kitab Tadzkiratus Sam’i wal Mutakallim
7. Menjaga Adab di Majelis Guru
Jika hadir di majelis guru, hendaknya mengucapkan salam kepada hadirin dengan suara yang terdengar oleh mereka semuanya, dan mengkhususkannya kepada guru dengan tambahan penghormatan dan pemuliaan, demikian juga mengucapkan salam saat meninggalkan majelis. Tidak melangkahi hadirin agar bisa mendekat kepada guru untuk duduk di depan atau karena memang tempat duduknya di depan karena lebih dahulu datang sebelumnya. Hendaknya hadirin berkumpul pada satu arah agar pandangan guru saat menjelaskan bisa tertuju kepada mereka semuanya.
8. Bersikap Sopan terhadap Sesama Penuntut Ilmu
Hendaknya berlaku sopan dengan orang-orang yang hadir di majelis guru, tidak memisahkan dua orang rekan kecuali dengan izin keduanya, tidak duduk di atas orang yang lebih utama darinya, jika seseorang datang maka hadirin melapangkan majelis untuknya, tidak bermajelsi di dalam majelis.
9. Tidak Malu Bertanya
Hendaknya tidak malu bertanya dan berusaha memahami dengan sopan, perkataan yang baik dan pertanyaan santun. Jika guru diam, murid tidak boleh mendesak guru, dan jika guru salah menjawab, maka murid tidak boleh menyanggahnya seketika.
Baca Juga : Founder Pendidikan Holistik Profetik Tawarkan Solusi Pemanfaatan AI dari Perspektif Islam
10. Menjaga Giliran Bertanya
Memerhatikan giliran, tidak mengambil hal giliran orang lain. Kecuali jika dia mengetahui bahwa orang tersebut asing di majelis atau orang tersebut memiliki hajat mendesak. Maka itsar dalam hal ini adalah sunnah.
11. Duduk di Depan Guru dengan Penuh Hormat
Hendaknya berposisi di depan guru, membawa kitab yang tidak ia letakkan di lantai dalam keadaan terbuka, tetapi ia pegang atau diletakkan di atas meja, dan tidak membacanya kecuali setelah diizinkan guru.
12. Mengawali Majelis dengan Doa
Hendaknya dimulai dengan membaca ta’awudz, basmallah, hamdallah, shalawat kepada Nabi SAW., mendoakan guru, orangtuanya, guru-gurunya, dirinya, dan kaum muslim lainnya.
13. Memotivasi Sesama Penuntut Ilmu
Hendaknya memotivasi rekan-rekannya untuk menuntut ilmu, menunjukkan mereka jalannya, dan menasihati mereka dalam agama. Tidak ujub atas rekan-rekannya karena dirinya punya kelebihan ilmu, tetapi memuji Allah Ta’ala dan menyukuri apa yang dia dapatkan dari ilmu.
Inilah 13 adab penting bagi setiap penuntut ilmu agar belajar menjadi lebih efektif, beradab, dan penuh keberkahan. Semoga kita semua diberi kemampuan untuk mengamalkannya dalam proses belajar sehari-hari, sehingga ilmu yang dipelajari benar-benar menjadi jalan sukses dunia dan akhirat.
Wallahua’lam bish-shawab.
Sumber: Tadzkiratussami’ wal Mutakallim


