Membangkitkan Kembali Tradisi Intelektual Muslimin

Ebook

Oleh : Ustadz Abdullah Efendi, S.Pd., M.Pd

Kelemahan sebagian besar kaum muslimin hari ini, terlihat dari bagaimana cara mereka memahami dan menyimpulkan berbagai aktivitas kehidupannya. Seringkali mereka hanya membatasi diri pada fakta/teks empiris, lalu menginterpretasi sesuai kemampuan mereka. Barat sering mengistilahkannya dengan hermeneutika, yang memiliki banyak kekurangan dan subjektivitas di dalamnya. Lucunya, sebab rendahnya literasi sebagian dari kita, ditambah tidak adanya penalaran terhadap setiap ilmu dengan benar dan mendalam, maka segala sesuatu yang berasal dari belahan bumi lain, seperti Amerika, Jepang, Korea dan sebagainya dianggap baik (taklid buta), bahkan mereka loyal menyuarakan anomali itu! Alih-alih memberi kritik terhadapnya, justru ketika ada pendapat paradigmatis yang bertolak belakang dari klaim mereka itu, malah dianggap kolot!

Lalu, apa yang terjadi setelahnya? apakah kaum muslim menjadi hebat seperti sedia kala dengan mengadopsi cara demikian? ternyata justru sebaliknya. Mereka semakin merosot, ter-deviasi dalam berbagai ketertinggalan, seakan menjadi pembebek hegemoni barat, hingga melupakan jati diri mereka dan metodologi penafsiran yang khas dalam sejarah panjang peradaban mereka.

Baca Juga : Adakah yang Lebih Baik dari Amal Nawafil?

Ebook-1

Ada sebuah mahfudzot arab yang mengatakan; ู„ูƒู„ ู…ู‚ุงู… ู…ู‚ุงู„ ูˆู„ูƒู„ ู…ู‚ุงู„ ู…ู‚ุงู… bahwa Tiap-tiap tempat ada kata-katanya yang tepat, dan pada setiap kata ada tempatnya yang tepat. Dalam pembahasan metodologi juga sama, Islam punya cara khas untuk melahirkan sebuah klaim, gagasan, atau bahkan menyimpulkan sebuah fakta. Pendekatan yang mereka lakukan, bukan sebatas menghukumi fakta dengan akal, data, atau manfaat yang diperoleh. Melainkan menghukumi fakta dengan dalil Al Quran, dengan hadis, ijmaโ€™ sahabat dan qiyas syarโ€™i. Mereka berpegang teguh pada taโ€™rif (definisi istilah) yang telah dikodifikasi sedemikian rapi oleh para ulama, menyusun sebuah kesimpulan setelah melakukan sintesis dari berbagai sumber hukum islam, dengan mengharap ridho Allah Taโ€™ala, untuk kemaslahatan manusia.

Walhasil, mereka bukan hanya mampu menelurkan berbagai ide konseptual yang terbaik, mereka juga mampu memunculkan madaniyah (produk fisik) yang tergambar melalui penelaahan dari teks quran maupun hadist tentang masa depan. Muhammad Al Fatih, mampu menaklukkan konstantinopel setelah terinspirasi dengan 1 hadits bisyarah Rasulullah. Ibnu Khaldun terkenal dengan karyanya, Muqaddimah, yang menjadi fondasi bagi ilmu sosiologi dan historiografi. Terinspirasi dari Al-Qur’an tentang perilaku manusia, keadilan, dan hukum sosial mendorongnya untuk mengembangkan teori tentang siklus sejarah dan peradaban. Begitu Pula Ilmuwan sekaligus ulama lainnya dalam Islam seperti Al-Khawarizmi, Al-Razi, Ibnu Sina, Jabir Ibn Hayyan, Ibnu Haytham, Imam Al-Ghazali atau Al-Biruni.

Kita ingin adanya upaya eskalasi dalam pemikiran umat saat ini. Pemahaman bahwa, makna khairu ummah sebagaimana yang Allah sematkan pada kita, bukan tanpa sebab, melainkan sebuah keniscayaan. Kita seharusnya tidak memandang agama Islam sebagai aspek spiritual saja, melainkan guidance yang utuh dan lengkap, sebagai rule of life dalam membangun tatanan kehidupan terbaik! Bahkan dalam sejarah panjang peradaban manusia hingga abad 21 ini telah terbukti, bahwa banyak sekali hasil penemuan penelitian, teknologi, sains yang ternyata telah dikabarkan dalam Al-Quran 14 abad yang lalu sejak wahyu ini sempurna diturunkan.

Baca Juga : Komunikasi Orang Tua Kepada Anak dalam Perspektif Al-Qurโ€™an

Tugas kita, adalah menggali kembali, mengimplementasikan, serta menyampaikan kemuliaan Islam ini secara holistik dalam seluruh sendi kehidupan manusia. Dengan meyakini bahwa Islam, tidak hanya menjamin Rahmatan lil Alamin khusus bagi muslim saja, namun juga untuk seluruh manusia, alam, serta makhluk lainnya yang ada di dalam tatanan universum. Dimulai dari mengembalikan tradisi berpikir intelektual kaum muslimin sebagaimana generasi salaf (terdahulu)  yang telah menorehkan mercusuar peradaban Islam yang gemilang. Selaras dengan perkataan Imam Malik bin Anas rahimahullahu :

ู„ูŽู†ู’ ูŠูุตู’ู„ูุญูŽ ุขุฎูุฑูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุฃูู…ูŽู‘ุฉู ุฅูู„ุงูŽู‘ ู…ูŽุง ุฃูŽุตู’ู„ูŽุญูŽ ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ูŽู‡ูŽุง

Tidak akan bisa memperbaiki kondisi orang-orang yang datang kemudian dari umat ini kecuali dengan apa yang telah memperbaiki kondisi orang-orang pertamanya.

Tentunya dengan menjadikan asas aqidah islam, sebagai fondasi kebangkitan tersebut. Meyakini dengan pembenaran dan pengakuan (ุงู„ุชุตุฏูŠู‚ ูˆุงู„ุฅู‚ุฑุงุฑ) bahwa segala sesuatu yang terindra / fisik oleh manusia berupa alam semesta, manusia dan proses kehidupan pasti berasal dari sesuatu Dzat yang tidak terindra/metafisik, namun nyata eksistensinya dari ciptaan-ciptaan-Nya. Asal dari segala sesuatu tersebut adalah Tuhan, atau Allah Taโ€™ala. Maka mengaitkan segala perbuatan, termasuk menghukumi fakta yang ada berdasarkan pada yang Allah wahyukan (Al Quran) dan Sunnah Rasulullah shalallahu โ€˜alaihi wa sallam, dengan metodologi yang khas serta ilmu alat yang telah ditentukan, adalah cara menghasilkan produk hukum yang benar. Bahkan mampu menjawab berbagai problematika manusia, sesuai dengan kekhasan metodologi islam. Sehingga terwujud dalam aktivitas amal (perbuatan) yang sholeh (sesuai perintah Allah), untuk menghadirkan kembali kesadaran akan misi penciptaan manusia sesungguhnya, sebagai Abdullah dan Khalifatullah. []

Ebook-2
×

 

Assalamualaikum!

Silahkan klik tombol ini untuk terhubung dengan whatsapp kami!

× Chat Disini!