Refleksi Kunjungan Pendidikan Profetik di Universiti Teknologi Malaysia

Ebook

Oleh : Abdullah Efendi, S.Pd., M.Pd. | Konsultan Pendidikan Holistik Profetik

Hari ini, Jumat 17 Oktober 2025, kami menjejakkan kaki di Universiti Teknologi Malaysia—sebuah kampus yang bukan hanya besar secara fisik, tetapi juga luas dalam visi dan cakrawalanya. Di tempat ini, saya kembali merenungi bahwa pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi proses memanusiakan manusia dan menumbuhkan peradaban. Sebagai Konsultan Pendidikan Profetik, saya melihat bahwa transformasi pendidikan tidak bisa lahir dari ruang-ruang teori semata. Ia tumbuh dari perjumpaan, dialog pemikiran, dan tindakan yang disertai nilai sebagaimana UTM yang telah berdiri di usianya yang sudah ratusan tahun.

Kunjungan akademik ini bukan sekadar agenda penelitian internasional biasa atau perjalanan seremonial, tetapi bagi saya, ini adalah sebuah upaya untuk menghadirkan nilai-nilai kenabian (nubuwwah), kemanusiaan (insaniyyah), dan peradaban (madaniyyah) dalam ruang belajar lintas negara. Saya teringat, bagaimana Pendidikan Profetik memang menempatkan manusia sebagai subjek peradaban yang membawa misi keadilan dan rahmat. Maka, setiap perjumpaan di ruang akademik adalah kesempatan untuk meneguhkan kembali bahwa tujuan ilmu bukan hanya untuk mengetahui, tetapi juga untuk menjadi dan berbuat. Mahasiswa yang berasal dari berbagai negara, bahkan saya melihat ada beberapa yang dari timur tengah, menunjukkan UTM adalah kampus dengan pengaruh global, dan merepresantasikan bahwa pendidikan di Bumi Malayu dengan nuansa Islam, masih eksis hingga hari ini. Kunjungan ini merefleksikan semangat thalabul ‘ilmi yang menghidupkan cahaya ilmu agar ia menebar manfaat dan membangun kehidupan.

Ebook-1

Universiti Teknologi Malaysia memperlihatkan ekosistem pembelajaran yang terstruktur, kolaboratif, dan berorientasi pada penguatan karakter. Hubungan interpersonal antar civitas berjalan dalam suasana saling menghormati dan saling memajukan. Kami sebagai pendatang baru, merasakan hangatnya suasana ukhuwah, baik saat di Masjid maupun ketika diruang rapat dengan sambutan dari para pejabat kampus disana. Budaya akademik di sini menunjukkan bahwa ilmu berkembang bukan hanya melalui ruang kuliah, tetapi melalui dialog, diskusi ilmiah, mentoring, dan kebiasaan refleksi. Ekosistem inilah yang melahirkan insan intelektual yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi memiliki identitas, visi, dan kesadaran moral.

Dari kampus ini kami melihat, bahwa peradaban tidak tumbuh dalam ruang yang terisolasi. Ia lahir dari jejaring pengetahuan dan kolaborasi antar lembaga, ahli, dan komunitas yang saling berbagi gagasan. Kunjungan ini membuka peluang kerjasama riset, program pertukaran akademik, serta pengembangan kurikulum yang berlandaskan nilai keislaman universal. Inilah momentum untuk mempertemukan ide dan aksi, sehingga pendidikan tidak hanya mencetak lulusan yang kompeten, tetapi juga menjadi penggerak perubahan sosial yang beradab dan maslahat.

Semoga langkah ini menjadi bagian kecil dari ikhwanul ‘ilm—persaudaraan para pencari kebenaran—yang kelak melahirkan perubahan nyata di sekolah, madrasah, dan lembaga pendidikan yang kita bina. Di sini, saya semakin yakin: Pendidikan Profetik bukan utopia. Ia dapat dibangun, diwujudkan, dan dikembangkan—selama ada keberanian untuk bermimpi dan kesungguhan untuk bekerja dalam kesadaran ilahiah.

Quotesnya :

UTM telah meniti jalan panjang, dan tetap menapakinya bersama hingga saat kami berdiri.
Karena peradaban keilmuan tentu tidak dibangun dalam sehari,
tetapi dimulai oleh satu langkah yang disadari, dengan niat mengharapkan ridho Ilahi!


Ebook-2

Leave a Comment