Ada pelamar yg kita skip, hanya lantaran belum test apapun udah nanya gaji. Adapula pelamar yg kurang loyalitas, karena mementingkan urusan pribadi ketimbang akad yg sudah dibuat dengan kami. Adapula yg beberapa hari kerja, bolak balik minta izin dengan berbagai alasan.
Saya selaku pendiri Rumah Qur’an ini, merasa bersyukur dengan fakta tadi. Allah ingin menunjukkan kepada kami mana yg layak dan tidak. Dari situ, kita pun menganalisis yg terbaik dan Alhamdulillah saat ini menjadi guru di Rumah Qur’an kami
Proses memilih guru untuk mengajarkan ananda, bagi kami termasuk hal primer. Sebab, hanya guru yg soleh yg akan membentuk anak sholeh. Hanya guru yg berdedikasi yg bisa mengajarkan dedikasi. Hanya guru yg sopan dan santun, yg bisa mengajarkan ananda memiliki sopan dan santun
Baca Juga : Penyebab Gagalnya Kurikulum Pendidikan!
Jika untuk mendiamkan siswa dengan bentakan, memarahi siswa dengan memukul, apatah lagi tidak berlapang dada dan bersabar saat menghadapi situasi kenakalan siswa, maka tentu guru yg seperti ini belum layak mendidik
Adapun sekolah sebagai stake holder, melalui kepala sekolah atau mungkin direktur pendidikan, memiliki andil besar pula dalam membina para guru. Apalagi jika berkaca dengan kondisi saat ini, dimana degradasi moral hampir mencemari seluruh pekerjaan, tidak terlepas pada guru
Maka, ada proses preventif saat memilih guru yg tepat, dan proses solutif untuk mengatasi kemungkinan terjadinya penyimpangan guru. Bisa dengan pembinaan, training, kajian, atau keteladanan dari atasan untuk mengajarkan tata cara menjadi guru yg baik. Semua itu adalah tugas bersama, untuk mengantarkan output siswa yg bukan hanya cerdas pemikiran, namun terlebih soleh kepribadiannya