PENYEBAB GAGALNYA KURIKULUM PENDIDIKAN

Oleh : Ustadz Abdullah Efendy, M.Pd.,CLMQ

Kenapa Kurikulum Kita Selalu Gagal? untuk menjelaskannya, ada sebuah analogi sederhana untuk menjelaskan fakta pendidikan hari ini. Ibarat sebuah pohon yang berbuah asam dan daunnya sering membusuk, maka tentu bukan buahnya yang harus diperbaiki, tapi akar pohonnya. Karena buah, adalah representasi dari pohon itu sendiri.

Ketika ada rumah yang dengan angin biasa saja sudah roboh, bisa jadi bukan salah dinding atau atapnya, tapi pondasinya. Sehingga permasalahan itu tidak berulang lagi pada aspek-aspek pendukung, melainkan langsung pada asas

Berulang kali negeri ini berganti kurikulum, hingga yang terbaru, namun toh tetap tak ada perubahan kearah lebih baik. Teman saya, seorang hafiz Qur’an dan guru di sebuah sekolah Islam, pernah nyeletuk, “Kalau di jaman dulu, kita itu paling menjaga kalau ngobrol sama guru, bukan seperti anak sekarang, ada yang kurang adabnya!” Ucap beliau

Dan saya rasa, kita semua memahami perubahan itu, apalagi yang sekolah dasarnya di era 90 an. Jadi permasalahannya bukan karena metode pembelajaran yang kurang. Mau itu Project-based Learning (PBL), atau Cooperative Learning, atau bahkan kembali dengan pola CBSA, saya rasa sama saja! Karena masalahnya bukan disitu!

Kini yang paling banyak belajar justru guru, bukan muridnya. Belajar untuk menyesuaikan dengan teknologi, belajar dengan peraturan tidak boleh memberikan hukuman fisik pada anak, belajar sabar terhadap orang tua yang bawel karena merasa layaknya raja dengan membayar SPP. Sehingga marwah guru itu hilang! Ia tak lagi dipandang sebagai sosok yang harus dihormati, melainkan sama saja dengan pegawai kantoran yang tiap awal bulan nunggu gaji! Tidak ada rasa, tidak ada pendalaman, tidak ada keikhlasan!

Semua itu bermula, saat pendidikan hadir dengan memisahkan agama dari pendidikan. Sains tidak dikaitkan dengan Aqidah, malah justru pakai paham filosof barat yang atheis. Padahal didalam Al-Qur’an, begitu banyak penjelasan tentang penciptaan bumi, manusia, alam, bahkan tentang sperma pun dibahas mendetail sebagai bentuk kemukjizatan Al-Qur’an

Ilmu bahasa, hanya sekedar sebagai pamer-pameran kepintaran. Bukan lagi dipelajari, dengan niat agar hari bisa berdialog tentang Islam kepada orang asing. Ilmu Qur’an, tidak lagi digunakan untuk menundukkan hawa nafsu, namun justru menundukkan lawan debat dengan berargumen pendapat saya yang paling benar.

Walhasil, kurikulum yang diplotkan, bermuara pada pembaharuan teknis, pada perkara cabang, namun tidak perkara akar. Perbaikannya hanya dari segi penggunaan teknologi, asimilasi dan penguatan nilai-nilai negara, namun bukan nilai Agama. Begitulah keberhasilan barat dalam mengkotak-kotakkan kita

Jika dulu, mereka mengatakan jangan bawa-bawa agama dalam pemerintahan, kini jangan bawa-bawa agama dalam pendidikan. Pendidikan harus bebas nilai, harus bebas dari intrik agama manapun. Padahal dirinya sendiri tidak bisa bebas, ajalnya sudah ditetapkan, untuk makan harus dari lubang atas, tidak mungkin lubang bawah, darahnya berwarna merah, tidak berwarna putih apalagi pelangi. Semua itu tanda bahwa sudah ada nilai yang ditetapkan di bumi ini, nilai dari Pencipta manusia

×

 

Assalamualaikum!

Silahkan klik tombol ini untuk terhubung dengan whatsapp kami!

× Chat Disini!