MENJALANI KEHIDUPAN DALAM KORIDOR ISLAM

Oleh : Ustadz Abdullah Efendi, S.Pd., M.Pd., C.BAS.

Setiap muslim, wajib mengetahui tentang rumus kehidupan, meski tidak sedikit pula yang tergelincir darinya. Adapula yang salah mengartikannya, sehingga salah impelementasinya. Kehidupan dunia, hanya sekali dan takkan terulang lagi. Aktivitas didalamnya begitu menentukan akan kemana kita setelah mati. Namun, meski begitu seriusnya pemahaman ini, masih banyak yang terlena dari mempersiapkan bekal menuju kesana!

Sebagian dari mereka yang mengaku muslim, namun entah apa yang menjadi landasan perbuatannya. Mereka menghabiskan masa untuk berdebat tentang dunia dan terlena olehnya, padahal tidak secuilpun dari perkara itu yang menyelamatkan mereka!

Baca Juga : Pendidikan Utama & Pertama Dalam Islam

Al-Qur’an yang katanya petunjuk hidup, hanya diingat saat Ramadhan, saat mereka gelisah, saat wirid-wirid, saat di masjid, padahal yang namanya petunjuk harus senantiasa dipakai, senantiasa dijadikan rujukan! Bukan kadang-kadang, atau jikalau perlu saja! Perbuatan mereka tidak terikat dengan Islam, melainkan asas manfaat. Pakaian-pakaian Islami mereka, tidak menggambarkan pemahaman mereka, melainkan hanya mengikuti trend dan menyesuaikan dengan budaya!

Islam, tak melarang manusia mengambil porsinya dalam dunia. Justru Islam, melarang manusia untuk tidak berupaya didunia. Namun, hidup didunia, sebagai tempat singgah, bukan tempat menetap. Tentu perbekalan ditempat singgah, haruslah perbekalan terbaik. Sebab bekal yang kurang, boleh jadi penghambat ke tempat tujuan. Namun, sebanyak apapun bekal, ia harus ditaruh pada prioritas kedua, bukan yang utama. Untuk apa bekal terlalu banyak, namun tidak diperlukan di tempat yang dituju! Maka yang utama, tetaplah tujuan itu, yakni tempat nan kekal abadi!

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Al Qashash : 77)

Diantara sebahagian manusia, adapula yang lebih mengkhwatirkan, sebab mereka tidak menjadi golongan kanan apalah lagi golongan yang terlebih dahulu beriman, mereka adalah golongan manusia yang celaka, yang kitabnya ditulis dari sebelah kiri. Yang mendapati kehidupan yang melenakan, istidraj hadir diantara mereka, yakni Allah telah melupakannya!

يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (Al-An’am: 27)

Mereka berharap dikembalikan ke dunia dan beriman! Namun permintaan tersebut harusnya saat mempersiapkan bekal (di dunia), bukan saat di pengadilan oleh sang Maha Adil. Sia-sialah permintaan mereka dikala itu, padahal saat didunia mereka mengetahui!

لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزلَ هَؤُلاءِ إِلا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ بَصَائِرَ

Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. (Al-Isra: 102), hingga akhir ayat.

{وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا}

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran). (QS. An-Naml: 14)

Maka, ketika nafas masih ada, ketika ruh masih menyatu dengan jasad, ketika kaki, tangan, mata, mulut masih berfungsi sebagai bagian dari rizki dan nikmat Allah, pergunakanlah mereka untuk mempersiapkan bekal. Persiapan bekal terbaik dengan amalan-amalan terbaik. Adapun Rahmat Allah, ampunan Allah, keridhoan Allah, Kehendak Allah, bukanlah urusan kita, bukan ranah kita, maka kembalikan kepadanya dengan perasaan Khauf dan Penuh Harap.

Jangan sampai jabatan kita saat ini menghalangi dakwah Islam. Jangan sampai harta yang kita miliki, tidak dikeluarkan hak saudara kita. Jangan sampai perintah atasan, lebih kita utamakan dari perintah Tuhan. Jangan sampai kita berangkulan kepada orang musyrik, munafik bahkan kafir, namun membenci saudara seakidah. Jangan sampai ketakutan akan sesama mahluk, membuat kita mengabaikan perintah sang Pencipta Mahluk.

Hiduplah dalam koridor Islam. Isilah kehidupanmu sesuai keinginan Penciptamu. Setiap hari yang engkau lalui, pastikan sebagai penambah bekalmu, bukan justru yang nantinya akan menjerumuskanmu!

×

 

Assalamualaikum!

Silahkan klik tombol ini untuk terhubung dengan whatsapp kami!

× Chat Disini!