Oleh : Ustadz Abdullah Efendy, M.Pd.,CLMQ
Meski pembahasan tauhid tidak sebanyak pembahasan fiqh di Qur’an, namun hal tersebut menurut hemat kami tidak menjadi landasan memahami fiqh lebih penting ketimbang tauhid. Justru, para Nabi dan Rasul diutus, yang utama adalah mengembalikan keimanan kaumnya, dari penyembahan kepada selain Allah, menjadi hanya kepada Allah. Keutamaan memahamkan tauhid dalam pendidikan, jika merunut pada kisah para Nabi, orang Shalih dan sebagainya, senantiasa ditempatkan para perkara utama dan pertama. Utama, karena ia adalah pendidikan yang harus selalu diperbaiki dan disempurnakan, dan Pertama sebab ia adalah pondasi seluruh amalan manusia.
Jika lembaga pendidikan bertauhid, maka jauhlah pimpinannya, stake holdernya, atau pegawainya dari sifat nifaq, menipu atau bahkan curang. Dia akan amanah, dan tidak khianat terhadap para wali murid atau siswa yang bersekolah disana. Amanah terhadap uang SPP, amanah terhadap program-program yang dijanjikan, amanah terhadap hak dan kewajiban mereka, serta amanah dalam mengelola lembaga pendidikan tersebut menjadi baik.
Adapun jika hanya pandai fiqh, namun lemah tauhid, ia layaknya tiang-tiang yang terlihat berdiri kokoh, namun rapuh pondasinya. Goncangan yang dahsyat, suatu hari akan merobohkan tiang-tiang ini. Apakah itu goncangan harta, tahta, tergiur fasilitas, dan sebagainya. Sebab, Fiqh hanya akan memuaskan akal, namun belum tentu menentramkan Qalbu. Padahal sikap qonaah, amanah, itu semua adalah perkara Qalbu, bukan sekedar akal!
Pendidikan Islam hari ini, disebagian tempat menjadi pincang, sebab tidak menyeluruhnya pendidikan tauhid ini pada lini organisasinya. Sehingga, qimah pada salah satu diantara stake holdernya tidaklah benar, melulu pada urusan dunia. Membangun sekolah Islam, namun tidak memahami konsep pendidikan Islam.
Dalam pendidikan Islam, peranan yang paling penting, ada pada pendidik. Namun tetaplah pendidik, akan dipilih oleh mereka para stake holder. Bagaimana para stake holder yang buruk, akan mampu memilih pendidik yang baik? Tidak mungkin! Bagaimana pula sekolah dengan kelola organisasi yang buruk, akan menghasilkan ouput peserta didik yang baik? Ini pun tidak mungkin!
Lalu bagaimana pula pendidik yang buruk, dapat mendidik anak-anak dengan baik? ini juga tidak mungkin, bagaikan makan buah simalakama. Sebab itu saya senantiasa sampaikan kepada para orang tua ketika mengisi kajian, yang pertama harus bapak ibu lihat ketika memilihkan sekolah kepada anak-anak anda, bukan fasilitasnya atau iklan testimoninya, tapi lihat kurikulumnya, coba ajak ngobrol gurunya dan perhatikan adab mereka kepada anda!
Korelasi pendidikan yang baik ini, adalah menanamkan pendidikan yang bertauhid pada anak, sangat sesuai dengan berbagai kisah dalam Al-Qur’an, misalnya;
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ ٱلْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنۢ بَعْدِى قَالُوا۟ نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al Baqarah : 133)
Bagaimana Nabi Ya’qub ‘alaihi sallam bahkan memastikan pendidikan tauhid ini masih melekat pada anak-anak beliau, ketika tanda-tanda wafatnya telah tiba. Ini sebagai isyarat, begitu pentingnya pendidikan ini bagi para Nabi dan Rasul.
Begitu pula ketika memilih pasangan hidup, yang dianjurkan oleh Rasulullah ialah memilih pasangan yang baik agamanya, sebagaimana hadist beliau, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR. Bukhari)
Apa makna karena agamanya yang dimaksud disini? ialah wanita yang shalih, yang benar tauhidnya. Allah berfirman:
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“… Sebab itu maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)…
Inipun menjadi motivasi kepada orang tua, untuk bertauhid terlebih dahulu sebelum mendidik anaknya. Sebab jika tauhid orang tuanya benar, ia akan paham mendidik dan memilihkan pendidikan yang benar bagi anaknya.
Pentingnya pendidikan tauhid ini, mengacu nantinya pada aspek syariah, mereka saling dukung mendukung. Seorang yang benar tauhidnya, ia akan mudah mencari ilmu, ia akan mudah menjalankan ketaatan, ia pun akan mudah selalu mendapat pertolongan oleh Allah.
Bayangkan jika semua lini pendidikan kita bertauhid, mulai dari para orang tua, sekolah, yayasan, universitas hingga negara. Maka quality pendidikannya dipastikan bukan sekedar bagus, tapi juga sempurna. Begitulah cara Rasulullah mendidik para sahabat. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya menjadi pendidik terbaik, tapi juga memberi ruang belajar terbaik (di Rumah Arqam bin Abi Arqam), berusaha mewujudkan lingkungan terbaik (lingkungan para sahabat), dan memperjuangkan negara terbaik (di Madinah). Kemuliaan tentang Madinah dinukil di berbagai hadist, salah satunya ialah,
عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِينَةِ مَلائِكَةٌ لَا يَدْخُلُهَا الطَّاعُونُ وَلاَ الدَّجَّالُ
Disetiap tembok atau batas kota Madinah ada malaikat. Kota Madinah tidak akan bisa dimasuki oleh penyakit tha’un (lepra) tidak pula Dajjal. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)