Oleh : Rahmah Khairani, S.Pd.
Keimanan kepada Hal-Hal Ghaib: Beriman kepada Malaikat
Salah satu syarat keimanan seseorang adalah beriman kepada hal-hal ghaib, termasuk beriman kepada malaikat-malaikat Allah. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dari cahaya untuk menjalankan tugas-tugas khusus.
Malaikat memiliki derajat yang sangat mulia karena mereka senantiasa taat kepada Allah dan tidak pernah bermaksiat. Ketika iblis menolak sujud kepada Nabi Adam ‘alaihissalam, para malaikat mematuhi perintah Allah tanpa ragu.
Makna Beriman kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat berarti meyakini keberadaan mereka dan tugas-tugas yang mereka jalankan. Salah satu tugas malaikat adalah mencatat amal perbuatan manusia, baik yang baik maupun yang buruk.
Kesadaran akan keberadaan malaikat ini menumbuhkan sikap muraqabatullah, yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah. Orang yang memiliki sikap ini akan berhati-hati dalam setiap tindakannya karena mereka tahu bahwa semua amal dicatat oleh malaikat yang diutus Allah.
Baca Juga : Siapakah Orang yang Paling Banyak Mengambil Warisan Nabi?
Malaikat Menyukai Majelis Ilmu
Malaikat sangat mencintai majelis ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّ الۡمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجۡنِحَتَهَا رِضًى لِطَالِبِ الۡعِلۡمِ، وَإِنَّ الۡعَالِمَ لَيَسۡتَغۡفِرُ لَهُ مَنۡ فِي السَّمَاوَاتِ وَالۡأَرۡضِ، وَالۡحِيتَانُ فِي جَوۡفِ الۡمَاءِ
“…dan sesungguhnya malaikat-malaikat meletakkan sayap-sayap mereka untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya orang berilmu akan dimintakan ampunan Allah oleh siapa yang ada di langit dan di bumi, termasuk ikan di dalam lautan…” (HR. Abu Dawud, no. 3641).
Ulama berbeda pendapat tentang makna malaikat meletakkan sayapnya di atas penuntut ilmu. Beberapa diantaranya adalah malaikat bersikap tawadhu’ terhadap penuntut ilmu; malaikat turun dan hadir bersama penuntut ilmu; malaikat menghargai penuntut ilmu; malaikat membawanya dengan sayapnya dan membantu mereka untuk mendapatkan apa yang mereka (penuntut ilmu) inginkan.
Malaikat dan Doa untuk Penuntut Ilmu
Selain itu, dikabarkan pula bahwa penduduk langit, yakni para malaikat juga memintakan ampunan kepada Allah untuk para penuntut ilmu. Ini tentu saja adalah derajat yang sangat mulia. Karena tidak mungkin para malaikat sibuk memohonkan ampunan untuk seseorang jika orang tersebut tidak memiliki derajat yang mulia di sisi Allah. Jika do’a orang-orang yang saleh saja sering diperebutkan orang karena dianggap akan mudah diijabah oleh Allah, lantas bagaimana dengan do’a para malaikat yang kita tidak ketahui banyaknya jumlah mereka? Bisa jadi ada puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan malaikat yang mendo’akan orang yang sedang menuntut ilmu. Maka penuntut ilmu yang mengetahui fadillah ini seharusnya berlomba-lomba untuk terus istiqomah mempelajari ilmu.
Baca Juga : Seberapa Penting Pemaknaan Seputar Hijrah Hakiki?
Tidak hanya penduduk langit, penduduk bumi seperti hewan-hewan turut memohon ampunan untuk penuntut ilmu. Hewan-hewan diciptakan Allah Ta’la untuk kemashlahatan manusia dengan memberikan manfaatnya. Sementara orang berilmu adalah orang yang menjelaskan apa yang halal dan haram serta berwasiat untuk berlaku ihsan kepada hewan-kewan dan menyingkirkan hal-hal mudarat darinya. Contohnya, pada aktivitas penyembelihan hewan. Di dalam Islam, penyembelihan hewan harus memperhatikan adab-adabnya. Diantaranya adalah menajamkan alat pemotong; tidak memukul/menendang atau perlakuan yang menyakiti hewan sebelum disembelih; tidak membiarkan hewan lain menyaksikan proses penyembelihan; langsung memotong 3 saluran di leher hewan tanpa berlama-lama; dan sebagainya. Semua adab-adab ini adalah sunnah dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Siapakah yang dapat menjelaskan adab-adab ini kepada semua orang jika bukan para ulama? Maka Seakan-akan hewan-hewan berterimakasih kepada orang-orang yang berilmu.
Inilah gambaran ketinggian derajat orang-orang yang berilmu. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan kepada para penuntut ilmu, menjaga keikhlasan mereka, dan memberikan keberkahan pengetahuan mereka untuk disebarkan kepada umat. Wallahua’lam bish showab. (RK)